Jumat, 08 Oktober 2010

Menjadi Teladan dalam Karakter (1Timoteus3:1-7)



Gereja mula-mula mengetahui beratnya hidup seorang pemimpin jemaat. Dia dituntut untuk waspada dan menjaga diri dari kehidupan duniawi. Pemimpin jemaat tinggal di dunia, tapi diharapkan berbeda dengan dunia. Tidak peminum, pemarah, dan bukan hamba uang. Karena pekerjaan pemimpin jemaat tidak aktual ketika khotbah itu tidak dilakukan dalam kehidupan keseharian, maka pemimpin harus bijaksana, ramah, pendamai dan suka berbelas kasih.
Persoalan yang sering muncul adalah pembelaan diri bahwa pendeta juga manusia, pendeta juga punya perut, punya anak dan punya ambisi. Semua itu benar, tetapi  janganlah membenarkan tindakan suap dan korupsi, tetapi bijaksanalah seperti Rasul Paulus yang membuka usaha tukang dan dagang, sehingga tidak menjadi beban bagi jemaat, dan membuat dia menjadi kuat dalam menasihati. Bagaimana mungkin jemaat percaya pada Tuhan yang kaya sesuai dengan khotbah para pendetanya, jika pendeta itu dari pintu ke pintu jemaat mengeluh tentang kemiskinan dan kebutuhannya? Bagaimana mungkin jemaat menghormati perkawinannya, jika pemimpinnya berpoligami/poliandri? Bagaimana mungkin jemaat melihat Yesus yang lemah lembut, kalau pemimpin hanya untuk mempersoalkan hal kecil bisa marah dan memaki?

Karakter seorang pemimpin ditentukan oleh hidup dan pergaulannya dengan Allah. Bila pemimpin itu hidup seturut dengan kemauan Allah, maka akan nampak dalam sikap hidupnya, tetapi orang yang hidup dengan pikiran-pikirannya akan menuntut orang berkarakter, tetapi sang pemimpin tidak menunjukkan karakter pemimpin di dalam Tuhan Yesus.

Musa adalah pemimpin yang mau menerima petunjuk dan petuah dari mertuanya Yitro. Dia sadar keterbatasannya sebagai manusia, maka untuk tidak jatuh ke berbagai pencobaan, dia masuki ketidakterbatasan Allah dengan memandang semua umatNya sebagai ciptaan Tuhan, sehingga mau berbagi tugas, karena Tuhan memberi talenta kepada semua orang. Penyatuan semua talenta dari umat akan mencapai kesempurnaan pelayanan, karena Kristus Raja Gereja memberi Roh kebijaksanaan dan pengendalian diri.

Tidak ada komentar: